Setiap orang pasti punya cita-cita, termasuk anak yang masih kecil. Ketika ditanya kepada seorang anak kecil apa cita-cita mu??, dengan spontan dan tanpa malu-malu seorang anak pasti mengutarakan apa yang menjadi cita-citanya. Bahkan dengan penuh semangat dan dengan wajah yang berseri-seri.Seakan-akan apa yang dia cita-citakan itu akan segera terlaksana.
Itulah anak-anak – identik dengan kepolosan – tidak pernah menyangka bahwa untuk bisa sukses meraih suatu cita-cita harus melalui berbagai proses, dan salah satunya adalah melalui proses pendidikan, yang bukan hanya memakan waktu yang cukup lumayan lama, tetapi juga membutuhkan biaya yang cukup besar.
Apabila seorang anak lahir dari keluarga dengan keberadaan ekonomi yang mencukupi bahkan lebih, itu mempunyai peluang yang sangat besar untuk meraih apa yang menjadi cita-citanya. Sedangkan anak yang terlahir dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, amat terlebih yang berasal dari keluarga tidak mampu, ini adalah kendala terbesar bagi sang anak untuk meraih cita-cita, karena realitanya saat ini segala sesuatu serba mahal. Termasuk pendidikan, padahal pendidikan adalah jalan menuju kesuksesan bagi setiap orang, termasuk juga bagi setiap anak kecil.
Seperti inilah problem dari anak-anak yang keseharianya bergelut dengan sampah di TPA Sumompo, mereka masing-masing tentunya punya cita-cita, tapi keadaan ekonomi keluarga yang memaksa mereka menjalani hari-hari mereka sebagai pemulung cilik. Sadar atau tidak – ada begitu banyak cita-cita yang hanya terhenti sampai di TPA – padahal bukan tidak mungkin ada di antara mereka bisa menjadi orang-orang yang berkompeten untuk memajukan Bangsa ini di kemudian hari.
Di sinilah diharapkan hati nurani masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan anak, dituntut untuk berperan aktif dengan segala daya dan upaya membantu anak-anak ini meraih cita-cita yang mereka impikan.
Selasa, 10 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar